3/12/13

Memanajemeni Waktu



Siang hingga sore tadi akhirnya hujan mengguyur kota ini. Hati saya berteriak bahagia. Akhirnya, hujan yang saya nanti-nantikan hadir juga. Ya, dibalik kemumetan semua ini, saya sangat memerlukan hadirnya hujan, sang pemberi ketenangan, kesejukan, dan kenyamanan. Rasa-rasanya segala letih larut dibawa rintiknya. Sungguh menyenangkan :)

Beberapa minggu terakhir ini, saya merasa biasa-biasa saja. Bukan “biasa” dalam hal baik sih. Namun, ya biasa dalam maksud buruk. Apa-apa terasa biasa. Gak ada rasa senang. Gak ada rasa sedih. Gak ada rasa terharu. Biasa saja. Bahkan, saya merasa jenuh. Ya, benar. Saya bosan.

Kata seorang teman, hal ini wajar dialami mahasiswa tingkat akhir. Ya, mungkin itu salah satu alasan “biasa” atau kejenuhan ini. Tapi, saya rasa tidak hanya itu saja. Mungkin alasan lainnya adalah kurangnya waktu saya bersama-Nya. Bukan saya bilang bahwa Ia tidak bersama saya atau meninggalkan saya. Bukan, sama sekali bukan itu maksudnya. Namun, saya merasa kurang memberi waktu untuk bertemu dengan-Nya. Sungguh memalukan.

Jadi, waktu-waktu saya kemana? Saya habiskan untuk apa saja? Untuk ini:
-          Penelitian
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya saya dan rekan-rekan sepenelitian dapat memulai penelitian kami. Lamanya penantian ini sungguh membuat saya jadi ogah-ogahan. Bagaimana tidak? Saya kurang suka dengan sikap pembimbing kami yang tidak “jelas”. Janjinya tidak bisa dipegang. Kalau mau bertemu, gak ada waktu yang pasti kapannya. Ah, sungguh membuat kesal. Tapi, ya mau bagaimana lagi. Mungkin juga ini salah satu cara-Nya agar saya belajar lebih dewasa, lebih sabar, dan lebih menjaga emosi. Mungkin saja, bukan? Tapi, saya bersyukur kami melewati ketidakpastian itu hingga bisa memulai penelitian ini. Mekipun masih dalam proses try and error, tapi sudah ada yang kami kerjakan dan hasilkan. Berkali-kali error tidak jadi masalah.Ya, tetap aja harapannya jangan sampai error terus :D Semoga saja, penelitian ini berakhir baik. Kerumitan, kemumetan prosesnya, itu tak jadi soal buat saya. Kalau lancar-lancar aja, mungkin saya tak pernah belajar mengalami kesulitan.

-          Praktikum
Sudah jadi mahasiswa tingkat akhir, masih ada praktikum juga? :D Ya, saya tetap praktikum, tapi tidak sebagai praktikan lagi, melainkan sebagai asisten (kata teman saya, kami sudah naik tingkat ^^ ). Setelah menjalani peran baru ini, saya baru menyadari bahwa menjadi asisten tidak mudah, tidak santai-santai saja, dan tidak enak. Bayangkan? Sebelum praktikum dimulai, asisten terlebih dahulu praktikum (try and error). Hal ini sangat diperlukan agar saat praktikum tidak terjadi masalah. Selain itu, asisten juga harus belajar, bahkan harus lebih banyak belajar daripada praktikan. Kalau tidak, bagaimana mau membantu mereka memahami percobaan yang dilakukan? Ya, saya menjadi belajar kembali sejak jadi asisten. Hal lainnya, menjadi asisten juga membantu saya belajar sabar menghadapi berbagai karakter praktikan-praktikan :D Ya, meskipun lelahnya luar biasa (setiap pulang praktikum, saya langsung tepar di kasur), saya menikmati dan memang harus menikmati peran baru ini :)

-          Pelayanan
Pelayanan disini maksudnya adalah kegiatan-kegiatan rohani. Ya, saya mengambil bagian dalam suatu pelayanan mahasiswa. Jadi, ada tugas-tugas yang harus saya kerjakan. Tugas-tugas itu tidak mudah dan cukup menyita waktu saya. Kadang juga membuat saya mumet dan cukup emosi. Tapi, ini juga termasuk dalam pembentukan karakter saya. Gak masalah. Saya juga menikmatinya :)


Ya, tiga hal tersebut begitu menyita waktu saya. Kelelahan, itu pasti. Mungkin itu juga yang membuat saya merasa jenuh. Kalau soal beban sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya rasa tidak seberapa. Saya bersyukur mempunyai keluarga yang mengerti betul saya. Tiap mendengar keluhan teman-teman yang bilang orangtuanya nanyain kapan wisuda, saya hanya bisa tertawa. Beda sekali dengan mama dan papa. Beliau tidak menuntut saya wisuda cepat-cepat. Ya, pada waktunya juga akan wisuda kok. Saya senang, mereka begitu memahami apa yang saya alami :)

Kembali lagi pada kurangnya waktu saya bersama-Nya, saya mulai mengatur ulang waktu saya. Bahasa kerennya: belajar manajemen waktu :D Waktu saya untuk bersama-Nya dari jam berapa sampai jam berapa, waktu untuk membaca, menulis, belajar, dll mulai saya atur. Jadi, waktu untuk-Nya sama sekali bukan waktu sisa, namun waktu yang disisihkan―berkualitas. Ya, semoga saja upaya saya ini menghadiahkan sukacita yang dulu saya rasakan. Yap, saya rindu bersukacita dalam kelelahan, dalam kemumetan, dan dalam ketidakenakan. Berharap saya bisa menemukan sukacita itu lagi ^^ Hwaiting fany! :D   

3/9/13

Diam


“Kadang aku capek loh menghadapi kamu yang seperti ini. Kamu susah pahamnya, susah ngertinya. Kamu sering menempatkan diri sama dalam tiap kondisi, gak serius. Aku tahu ya emang itulah kamu. Ya, harusnya aku bisa menerima kamu ya seperti itu. Tapi, ya begini. Kadang aku capek.”

Tak ada satu katapun yang mampu kamu ucapkan untuk merespon kalimat-kalimat panjangku itu. Marahkah kamu? Kesalkah kamu mendengar kata-kataku? Atau kagetkah kamu bahwa ternyata aku seperti ini? Yang terkadang juga bisa terbawa perasaan, terbawa emosi, kondisi?

Kamu masih diam, tanpa membisikkan satu huruf pun. Dan aku pun menjadi gelisah. Bukankah lebih baik kamu marah? Mending kamu teriakin aku. Daripada membuatku tak berdaya seperti ini. Ya, itu semua lebih baik daripada semua keheningan ini.

Hujan juga tak hadir memberiku kesejukkan. Bintang? Entahlah. Di malam hari aku hanya berdiam di kamar memikirkan kamu. Ya, tak tenang rasanya karena kamu.

Kupandangi pesan-pesan singkat darimu sebelumnya. Sepertinya merekalah yang tersisa. Kelihatannya, semua itu menjadi terakhir kalinya kita berkomunikasi. Biarlah kusimpan. Entah jadi kenangan, entah jadi apapun itu.

Kamu masih diam. Aku pun ikut diam. Dan kapan kita saling bicara lagi?