5/17/13

Rumah Baru


Dulu saat saya masih SMA, saya sangat menyukai kelas kami. Meskipun waktu itu sistem pembelajaran sudah berubah menjadi moving class—masing-masing mata pelajaran punya kelas khusus—kami tetap sering nongkrong di kelas kami, XII IPA 1.

Kami memang dikritik oleh beberapa kelas lain dan guru lain karena seolah-olah tidak adil kami memperoleh kelas dua sekaligus. Kelas kami yang semula laboratorium komputer itu dipindahkan menjadi kelas yang benar-benar ruangan belajar.  Tapi, kami masih rajin ngumpul-ngumpul di laboratorium komputer itu. Berat rasanya untuk pindah karena memang fasilitas disana menjanjikan :D Khususnya ada WiFi, komputer-komputer pula disana. Jadi kami yang seakan menjadi penguasa laboratorium itu :D Kami bebas datang kapan saja. Hari libur sekalipun haya untuk memanfaatkan fasilitas WiFi. Ya, ini karena wali kelas kami juga sekaligus penanggung jawab labor tersebut :D

Sepertinya hal itu yang menyebabkan kami seperti “diusir” dari kelas kami itu dan harus pindah ke kelas lain. Namun, tetap saja, kami punya akses yang mudah untuk masuk labor itu :D Begini penampakan kelas kami semula—labor komputer:

 Sepertinya ini saat sedang dalam pembelajaran Teknologi Informatika :D


Latihan untuk penampilan English Day :D

Semenjak kuliah, rasa-rasanya saya kehilangan kelas itu. Di bangku kuliah, tidak ada kelas yang benar-benar seperti rumah atau tempat sekadar beristirahat. Ya, saya merindukan kelas kami. Kelas dimana tempat kami rapat membicarakan hal-hal penting tentang kelas kami, nyanyi-nyanyi bareng, latihan untuk penampilan English Day. Tahun akhir di SMA benar-benar memberi kesan terindah dan takkan terlupakan bagi saya.

Namun ada yang berbeda di tahun akhir saya kuliah ini. Mulai semester ini saya merasa sudah punya “rumah” baru. Ya, kami sudah masuk laboratorium di bidang masing-masing. Disanalah “rumah” baru saya. Laboratorium Kimia Material Universitas Andalas Padang. Saya akan berbagi penampakan-penampakan “rumah” baru saya ini.

Sekilas gambaran labor kami :D


Mading yang berisi data kami beserta judul penelitian dan nama pembimbing. Keren kan :D


Sofa di labor kami :D

Salah satu poster di labor kami :D

Saya yang sedang serius bekerja :D


Ya, ini benar-benar serasa seperti kelas saat saya SMA—rumah. Labor ini adalah tempat beristirahat, tempat belajar, diskusi, bahkan tempat main ludo—permainan popular di labor kami untuk mengisi waktu luang :D Saya menyukai “rumah” baru saya ini :)

Saya berharap teman-teman di labor ini—keluarga baru ini juga tak kalah menyenangkannya dengan teman-teman SMA. Ya, benar. Rasanya tak bisa disbanding-bandingkan. Bukan. Sama sekali bukan membanding-bandingkan. Saya hanya ingin merasakan bahwa ini benar-benar “rumah”—tempat ternyaman saya saat di kampus, tempat saya melepas kepenatan dan tempat di saat saya sudah bosan di kamar kos.

Ini benar-benar “rumah” baru. Orang-orangnya pun baru saya kenal lebih dalam. Saya yang sulit lekas akrab dengan teman-teman ini memang susah. Ya, saya berharap disini saya dapat merasa nyaman dengan orang-orang baru dan lingkungan yang baru. Semoga saja.

Laboratorium Kimia Material jayalah!!! :D

5/13/13

Lagu Tentang Hujan


Entah sejak kapan tepatnya saya mulai menyukai hujan. Suaranya, kesejukan yang dibawanya, membuat saya jatuh cinta. Kehadiran hujan membuat saya selalu tersenyum dan merasa bahagia. Ya, saya mencintai hujan.

Tapi, saya ingat bahwa saat itu saya masih siswi SMA. Anak-anak SMA punya kesukaan—ketertarikan—pada suatu hal. Contohnya, sahabat saya Rika. Dia menyukai bintang. Segala pernak-perniknya berlambangkan bintang. Gantungan kunci HP-nya berupa bintang, wallpaper HP-nya gambar bintang, layout Friendster-nya ada bintang-bintang, sampai bajunya pun ada simbol bintang-bintang. Lain lagi dengan Icha. Sahabat saya satu ini dulunya menyulai kupu-kupu. Sama seperti Rika, ada banyak barang yang dimilikinya bergambarkan kupu-kupu. Kalau Riri beda lagi, dia menyukai warna pink. Pernak-perniknya pun serba pink. Mungkin salah satu alasan saya sampai sekarang menyukai warna pink karena terpengaruh dengan Riri :D Dan saat mereka memilih ketertarikan mereka masing-masing, saya memilih menyukai hujan.

Tak berbeda dengan mereka, saya pun mulai menyukai hal-hal yang berhubungan dengan hujan. Saya mulai suka menulis tentang hujan. Puisi hujan, cerita tentang hujan, hingga lagu tentang hujan. Kali ini saya akan bercerita khususnya tentang lagu yang berhubungan dengan hujan.

Waktu itu saya masih pecinta hujan yang amatir :D banyak hal yang tidak saya ketahui tentang hujan. Pokoknya saya mau dibilang pecinta hujan, titik! :D Mungkin seperti anak SMA kebanyakan yang mencari kesukaannya, identitasnya, saya pun begitu. Saya merasa bangga dengan menyebut diri saya pecinta hujan :D

Kelas 2 SMA, ujian praktek seni musik kami adalah menciptakan sebuah lagu dan menyanyikannya di depan guru seni. Waktu itu kami jadi sibuk belajar main alat musik untuk menciptakan lagu. Alat musik yang  popular di kelas kami adalah gitar. Hal ini dikarenakan hampir semua—hanya 1 atau dua orang—anak cowok di kelas kami yang tidak bisa memainkan gitar. Alhasil, tiap kelas kosong—guru tidak masuk karena berhalangan—kami bernyanyi bersama dengan diiringi gitar yang dimainkan anak cowok. Wah, memang masa-masa itu begitu indah dan tak akan bisa dilupakan :D Ya, kelas kami bisa dibilang kelas pecinta musik. Tidak cuma anak cowok, juga ada beberapa anak cewek yang bisa main gitar. Kami sekelas suka musik. Bahkan, saat ada perlombaan menyanyi antar kelas saat peringatan hari guru, kelas kami mendapat juara 1 :D Memang sih itu berkat salah seorang teman cowok yang memang berbakat musik. Hampir semua alat musik bisa dia mainkan. Lagu-lagu yang kami bawakan saat lomba itu, dia yang mengaransemennya :D Wajar juga kami menang :D

Nah, sejak itu saya juga ikut belajar main gitar. Saya benar-benar belajar sendiri. Lihat-lihat teman yang main gitar di kelas, kemudian di rumah saya coba praktekkan. Akhirnya saya mulai tahu kunci-kunci gitar dasar. Dengan bermodalkan itu, saya menciptakan lagu tentang hujan. Ya, dulu saya tidak tahu lagu tentang hujan yang hits. Sampai-sampai seorang teman lelaki yang memperkenalkan lagu Hujan-nya Utopia pada saya. Saya langsung jatuh cinta begitu mendengar lagu itu. Liriknya, musiknya, saya benar-benar menyukainya. Terlebih lagi karena tentang hujan. Seketika lagu Hujan-nya Utopia menjadi lagu favorit saya, yang saya putar berulang-ulang di HP :D

Selain lagu Hujan-nya Utopia, lagu tentang hujan yang kedua saya dengar waktu itu adalah lagu ciptaan teman lelaki saya itu. Dua baris liriknya saya letakkan sebagai header di blog saya ini :D Ya, saya juga suka sekali dengan lagu teman saya ini. Agaknya saya bersyukur malam sebelumnya kami bertengkar sampai akhirnya dia membuatkan saya lagu ini :D Padahal sebelumnya udah berminggu-minggu saya memaksanya menuliskan puisi tentang hujan sebagai kenang-kenangan sebelum kami tamat SMA. Waktu itu memang saya dan teman-teman sekelas berusaha memberi kenang-kenangan sebelum berpisah. Eh, akhirnya dia sendiri yang menyodorkan flashdisk yang berisikan lagu itu pada saya. Sepertinya itu salah satu bentuk permintaan maafnya :D Berikut lirik lagu ciptaan teman saya yang diberinya judul Hujan:

Hujan yang turun 
Perlahan merintik-rintik 
Ku duduk termangu 
Di jendela kamarku


Izinkanlah diriku
Mendengar rintikan tarian hujanmu 


Hanya hujan 
yang bisa mengisi kehampaanku 
Hanya hujan 
yang bisa membuatku kuat berdiri sendiri….

Sederhana tapi liriknya terasa nyata sekali. Ya, benar. Saat saya letih minta ampun, saat saya sedang kangen rumah atau sahabat-sahabat, hujan adalah obatnya. Hujan membuat saya merasa damai, tenang, dan nyaman. Menakjubkan.

Saya tidak tahu apa sahabat-sahabat saya sejak SMA masih menyukai hal-hal yang mereka sukai sewaktu SMA. Komunikasi kami masih baik. Namun, tiap bertemu kami sama sekali tidak menceritakan hal-hal kecil di masa lalu. Biasanya kami bercerita tentang bagaimana kuliah dan kabar teman-teman lainnya. Meskipun begitu, saya masih menyukai hujan hingga detik ini. Ya, saya masih mengagumi hujan dan rasa bahagia oleh karenanya. Masih dan mungkin akan terus menyukainya…. :)

5/5/13

Penelitian Ini


Ya, akhirnya saya sampai di titik ini. Sungguh tak terasa. Serasa berapa hari lalu saya berperan sebagai mahasiswa baru—pakai pita rambut warna kuning, pakai rok panjang, nyeletuk “Uni” atau “Uda” tiap berpapasan dengan senior, dan hal-hal lain semasa ospek setahun awal kuliah itu. Namun, sekarang status saya sudah berubah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Wah, dengar sebutan itu saja sudah berat rasanya -.-“

Seminar kolokium sudah, seminar proposal juga. Sekarang saya sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi. Setelah penelitian selesai, barulah menyusun skripsi. Selanjutnya, seminar hasil, lalu ujian kompre. Ckck. Ternyata perjalanan saya masih agak panjang >.<

“Sudah sampai mana?” Sepertinya itu pertanyaan yang paling sering ditanya oleh mama saya. Bukan mendorong untuk buru-buru lulus kuliah—tapi kalau bisa lebih cepat kenapa tidak—, saya pikir mama pasti ingin tahu sudah sejauh mana penelitian saya saat ini. Jujur saya bingung ingin menjelaskan bagaimana pada mama. Kenyataannya, saya merasa penelitian saya tidak ada perkembangannya. Masih coba-coba -.-“

Ceritanya begini… Saya dan teman-teman yang sama pembimbing I-nya, melakukan penelitian sesuai proyek dosen pembimbing ini. Masalahnya, ada banyak hal yang belum jelas menurut kami dalam proyek ini. Mulai dari prosedur kerja sampai perhitungan pembuatan larutannya. Ah, masih membingungkan. Meskipun kami telah menyelesaikan tahap try and error, tapi hasil penelitian yang kami peroleh beberapa minggu ini masih belum sesuai harapan. Ah -.-“

Masalah lainnya, ternyata judul skripsi saya dan teman-teman satu bimbingan ini berbeda loh dengan proyek dosen ini. Lah, saya jadi bingung maksud dosen ini apa >.< Masa beberapa minggu ini kami baru melakukan penelitian untuk proyek sang dosen. Sementara penelitian kami belum sama sekali dimulai. Ah, saya benar-benar stres setiap memikirkan ini -.-“ Namun, baru-baru ini saya mendengar bahwa dosen ini berniat menyamakan judul skripsi kami dengan proyeknya. Sehingga, apabila proyek sang dosen—yang sedang kami kerjakan ini—selesai, penelitian kami juga selesai. Tinggal menyusun skripsi. Tapi, itu juga belum pasti. Kami serasa masih digantung—tak jelas. Padahal laboratorium semakin sepi. Teman-teman satu laboratorium udah pada mau selesai dan sudah ada yang selesai penelitian. Ah, iri rasanya >.<

Penelitian ini benar-benar menyita pikiran saya, rasa-rasanya semangat menjadi surut mengingat pergumulan ini. Belum lagi fisik pun juga kena sita. Bayangkan? Saking melelahkannya penelitian itu, tiap pulang penellitian saya selalu langsung terkapar di kasur—tidur dari sore hingga malam. Parahnya, malamnya saya susah tidur tepat waktu. Alhasil, beberapa hari ini saya baru bisa tidur hingga hampir subuh. Menyiksa >.<

Tapi, saya sudah tak seegois sebelumnya kok. Sebelumnya saya benar-benar membiarkan tubuh ini begitu saja, mau habis ya habislah. Terserah saja lah. Ya, begitu pikir saya karena sudah terlampau lelah. Namun, saya sudah menyadari bahwa saya salah. Saya ingin menjaga tubuh pemberian-Nya ini. Jadi, meskipun mual dan tak enak, saya minum susu sebelum dan sesudah penelitian. Tak hanya itu, saya juga mengkonsumsi suplemen makanan agar tak “tewas” seperti sebelumnya. Ya, saya harus kuat!

Hal baiknya dari penelitian ini adalah kami melakukannya di Laboratorium Pengujian dan Penelitian PT Semen Padang. Alasan sang dosen membawa kami kesini adalah karena kelengkapan peralatannya, sehingga tak harus mengantri memakai alat seperti di laboratorium kampus saya. Meskipun disana kami tidak mempunyai ruangan— numpang—tapi memang penelitian jadi lebih cepat selesai. Tak hanya itu, kami juga bisa memperoleh wawasan dari karyawan yang bekerja disana. Amat-amati dan tanya-tanyai, itu juga beberapa aktivitas lain kami disana :D

Berikut foto-foto disana :
Sekilas gambaran Laboratorium Pengujian dan Penelitian PT Semen Padang


Saya (baju biru) dan Silvi (teman satu bimbingan) :D


Saya dan Rina (teman satu bimbingan) numpang foto di depan Dep. Rancang Bangun & Rekayasa PT Semen Padang :D




Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan betapa lelahnya kami melakukan penelitian ini. Namun, saya ingin menikmati penelitian ini. Saya ingin berusaha menikmati setiap kelelahan ini, kemumetan pikiran oleh karena ini, dan juga pelatihan-pelatihan diri—melatih kesabaran, emosi. Ya, menikmati dan tidak menjadikannya hanya sekedar rutinitas. Saya mau melakukan yang terbaik dan dengan segenap hati dalam hal apapun, termasuk penelitian ini karena saya tahu bahwa Ia selalu menyertai dan sudah begitu baik pada saya. Jadi, tidak ada yang “terlalu” untuk diberikan pada-Nya, bukan? :) Hwaiting!^^