Entah sejak
kapan tepatnya saya mulai menyukai hujan. Suaranya, kesejukan yang dibawanya,
membuat saya jatuh cinta. Kehadiran hujan membuat saya selalu tersenyum dan
merasa bahagia. Ya, saya mencintai hujan.
Tapi, saya
ingat bahwa saat itu saya masih siswi SMA. Anak-anak SMA punya kesukaan—ketertarikan—pada
suatu hal. Contohnya, sahabat saya Rika. Dia menyukai bintang. Segala pernak-perniknya
berlambangkan bintang. Gantungan kunci HP-nya berupa bintang, wallpaper HP-nya
gambar bintang, layout Friendster-nya ada bintang-bintang, sampai bajunya pun
ada simbol bintang-bintang. Lain lagi dengan Icha. Sahabat saya satu ini
dulunya menyulai kupu-kupu. Sama seperti Rika, ada banyak barang yang
dimilikinya bergambarkan kupu-kupu. Kalau Riri beda lagi, dia menyukai warna
pink. Pernak-perniknya pun serba pink. Mungkin salah satu alasan saya sampai
sekarang menyukai warna pink karena terpengaruh dengan Riri :D Dan saat mereka
memilih ketertarikan mereka masing-masing, saya memilih menyukai hujan.
Tak berbeda
dengan mereka, saya pun mulai menyukai hal-hal yang berhubungan dengan hujan. Saya
mulai suka menulis tentang hujan. Puisi hujan, cerita tentang hujan, hingga
lagu tentang hujan. Kali ini saya akan bercerita khususnya tentang lagu yang
berhubungan dengan hujan.
Waktu itu
saya masih pecinta hujan yang amatir :D banyak hal yang tidak saya ketahui
tentang hujan. Pokoknya saya mau dibilang pecinta hujan, titik! :D Mungkin
seperti anak SMA kebanyakan yang mencari kesukaannya, identitasnya, saya pun
begitu. Saya merasa bangga dengan menyebut diri saya pecinta hujan :D
Kelas 2
SMA, ujian praktek seni musik kami adalah menciptakan sebuah lagu dan
menyanyikannya di depan guru seni. Waktu itu kami jadi sibuk belajar main alat musik
untuk menciptakan lagu. Alat musik yang popular
di kelas kami adalah gitar. Hal ini dikarenakan hampir semua—hanya 1 atau dua
orang—anak cowok di kelas kami yang tidak bisa memainkan gitar. Alhasil, tiap
kelas kosong—guru tidak masuk karena berhalangan—kami bernyanyi bersama dengan
diiringi gitar yang dimainkan anak cowok. Wah, memang masa-masa itu begitu
indah dan tak akan bisa dilupakan :D Ya, kelas kami bisa dibilang kelas pecinta
musik. Tidak cuma anak cowok, juga ada beberapa anak cewek yang bisa main
gitar. Kami sekelas suka musik. Bahkan, saat ada perlombaan menyanyi antar kelas
saat peringatan hari guru, kelas kami mendapat juara 1 :D Memang sih itu berkat
salah seorang teman cowok yang memang berbakat musik. Hampir semua alat musik
bisa dia mainkan. Lagu-lagu yang kami bawakan saat lomba itu, dia yang mengaransemennya
:D Wajar juga kami menang :D
Nah, sejak
itu saya juga ikut belajar main gitar. Saya benar-benar belajar sendiri. Lihat-lihat
teman yang main gitar di kelas, kemudian di rumah saya coba praktekkan. Akhirnya
saya mulai tahu kunci-kunci gitar dasar. Dengan bermodalkan itu, saya
menciptakan lagu tentang hujan. Ya, dulu saya tidak tahu lagu tentang hujan
yang hits. Sampai-sampai seorang teman lelaki yang memperkenalkan lagu
Hujan-nya Utopia pada saya. Saya langsung jatuh cinta begitu mendengar lagu
itu. Liriknya, musiknya, saya benar-benar menyukainya. Terlebih lagi karena
tentang hujan. Seketika lagu Hujan-nya Utopia menjadi lagu favorit saya, yang
saya putar berulang-ulang di HP :D
Selain lagu
Hujan-nya Utopia, lagu tentang hujan yang kedua saya dengar waktu itu adalah
lagu ciptaan teman lelaki saya itu. Dua baris liriknya saya letakkan sebagai header
di blog saya ini :D Ya, saya juga suka sekali dengan lagu teman saya ini. Agaknya
saya bersyukur malam sebelumnya kami bertengkar sampai akhirnya dia membuatkan
saya lagu ini :D Padahal sebelumnya udah berminggu-minggu saya memaksanya
menuliskan puisi tentang hujan sebagai kenang-kenangan sebelum kami tamat SMA. Waktu itu memang saya dan teman-teman sekelas berusaha memberi kenang-kenangan sebelum berpisah. Eh, akhirnya dia sendiri yang menyodorkan flashdisk yang berisikan lagu itu
pada saya. Sepertinya itu salah satu bentuk permintaan maafnya :D Berikut lirik
lagu ciptaan teman saya yang diberinya judul Hujan:
Hujan yang turun
Perlahan merintik-rintik
Ku duduk termangu
Di jendela kamarku
Izinkanlah diriku
Mendengar rintikan tarian hujanmu
Hanya hujan
yang bisa mengisi kehampaanku
Hanya hujan
yang bisa membuatku kuat berdiri sendiri….
Sederhana tapi
liriknya terasa nyata sekali. Ya, benar. Saat saya letih minta ampun, saat saya
sedang kangen rumah atau sahabat-sahabat, hujan adalah obatnya. Hujan membuat
saya merasa damai, tenang, dan nyaman. Menakjubkan.
Saya tidak
tahu apa sahabat-sahabat saya sejak SMA masih menyukai hal-hal yang mereka
sukai sewaktu SMA. Komunikasi kami masih baik. Namun, tiap bertemu kami sama
sekali tidak menceritakan hal-hal kecil di masa lalu. Biasanya kami bercerita
tentang bagaimana kuliah dan kabar teman-teman lainnya. Meskipun begitu, saya
masih menyukai hujan hingga detik ini. Ya, saya masih mengagumi hujan dan rasa
bahagia oleh karenanya. Masih dan mungkin akan terus menyukainya…. :)
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar. Kritik dan sarannya sangat bermanfaat buat saya. Terima kasih :)