12/13/12

Desember Ceria^^


Memasuki bulan Desember, menjalani bulan Desember, sungguh tak terasa bagi saya. Tiba-tiba saja rasanya bulan Desember tiba, serasa hanya beberapa jam, eh sudah tanggal belasan Desember. Wah, wah. Hal ini mungkin terjadi karena saya harus mengerjakan “sesuatu” dengan batas akhir akhir bulan ini. Jadi, bulan ini terasa lebih cepat berlalu dari bulan-bulan sebelumnya :D

Apa ya “sesuatu” itu? Ya, apalagi kalau bukan tugas akhir. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, sepertinya pergumulannya tidak jauh berbeda. Kalau tidak proposal, ya skripsi. Ada mahasiswa tingkat akhir yang dulunya tenang-tenang saja, kemudian jadi galau. Ada mahasiswa tingkat akhir yang dulunya selalu senyum, eh jadinya bermuram durja :D Dan banyak pengaruh-pengaruh lain dari tugas akhir ini. Kalau saya pribadi, sepertinya mata saya jadi bengkak setelah begadang akhir-akhir ini. Pengaruh lainnya, saya jadi makin sering minum capucino tiap malam.. O.o

Sebelum semangat-semangatnya mengerjakan proposal ini, saya masih berkutat dengan ujian semester saya. Masalahnya ya itu, batas akhir proposal bertepatan dengan masa ujian. Awalnya saya berpikir bahwa menulis proposal itu tidak susah. Toh tinggal cari referensi, lalu kembangkan dengan pikiran kita. Ternyata oh ternyata saudara-saudari, sungguh menyulitkan! >.<

Mungkin karena otak saya dipaksa berpikir secara cepat padahal tak mampu :P Mungkin juga karena saya kelelahan. Yang pastinya, ternyata membuat suatu karya tulis ilmiah itu susah. Sama sekali tidak seperti yang saya bayangkan. Rasanya berbeda dengan menulis catatan di blog ini atau menulis opini atau menulis cerpen, dan jenis tulisan lainnya. Menulis karya ilmiah memang masih baru buat saya. Baru di tahun akhir kuliah ini, saya bertemu dengan “beliau” loh >.<

Untung saja ada beberapa hari waktu senggang saya, menjelang ujian berikutnya. Saya berharap waktu ini bisa saya gunakan untuk menyelesaikan proposal ini. Semoga, semoga :D

Oh, ya, ada lagi pergumulan saya. Sebenarnya saya sudah mengikhlaskannya sih, tapi tetap aja harapan dibaliknya :D Ya, sepertinya saya tidak bisa merayakan natal bersama keluarga di rumah. Padahal awalnya saya sangat antusias menantikan bulan Desember agar bisa merayakan natal bersama keluarga, utuh. Namun, ternyata oh ternyata (lagi), seminar proposal bidang penelitian saya ini akan diadakan sekitar 2-3 hari setelah natal. Jadi, sangat tidak mungkin pulang ke rumah, kemudian balik lagi kesini keesokannya. Selain jauh dan melelahkan, biayanya juga cukup besar >.< Alhasil, saya rela natalan disini. Toh damai natal tidak berkurang dalam hati saya meskipun tak bersama keluarga terkasih :) 

Tapi, jauh, jauh, jauh, dan sangat jauh di lubuk hati saya, saya masih mengharapkan adanya keajaiban ;) Saya berharap seminar saya diundur menjadi awal tahun depan, bukan bulan ini. Ada kemungkinan sih, tapi ya saya ingin menyerahkannya pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia boleh berharap, tapi saya yakin bahwa Tuhan punya yang terbaik buat saya. Desember ini tak boleh menjadi Desember yang redup bagi saya, Pokoknya tetap Desember ini Desember ceria buat saya. Senang gak senang, enak gak enak, lelah, penat, mau berhenti, namun menjalani hidup dengan sukacita adalah suatu keharusan bagi saya :D Tetap semangat! ^^

11/25/12

Guru yang Melayani



Terima kasihku kuucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
kan kuingat selalu nasehat guruku
terima kasih kuucapkan





Sosok guru pada lirik lagu di atas merupakan sosok yang mulia, yang penuh kasih, dan lemah lembut. Selain itu, saya pribadi melihat sosok "guru yang melayani" dalam lirik lagu tersebut. Salah satu arti kata melayani dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah: “Membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yg diperlukan seseorang”. Guru yang melayani ialah guru yang mempersiapkan seluruh keperluan anak-anak didiknya untuk masa depan mereka. Tidakkah begitu mulia dan indah tugas seorang guru?

Di zaman ini, saya melihat berbagai variasi sosok guru. Ada guru yang lemah lembut. Ada sosok guru yang tegas. Ada sosok yang tidak peduli sama sekali terhadap anak dididknya. Ada guru yang sekedar menjalankan tugasnya mengajar, di luar itu dia tidak mau tahu. Ada sosok guru yang tak segan melakukan tindak kekerasan pada anak didiknya. Ada pula guru yang seperti saya katakan sebelumnya: guru yang melayani.

Guru favorit saya adalah mama. Bukan hanya karena dia adalah mama saya, tapi banyak hal lain yang menjadikan saya memfavoritkan beliau sebagai guru. Sedikit, saya ingin berkisah mengenai sosok guru yang melayani, yang saya temukan pada mama.

Tidak pernah mengeluh

Mama sudah mengajar sekitar 20 tahun lamanya. Selama masa tersebut, beliau sudah berkali-kali pindah tempat mengajar karena tugas. Kebanyakan tempat mama mengajar bukan di daerah perkotaan, melainkan daerah pedesaan. Sekitar 10 tahun mama mengajar di suatu desa, yang sekarang sudah menjadi kecamatan. Desa itu jaraknya sekitar 30 menit dari rumah kami.

Setiap hari mama pulang-balik dari sekolah tersebut. Mama mengendarai motor sendirian. Jujur, saya sering khawatir jika mama pulang terlambat. Bagaimana tidak? Ada suatu jalan dari sekolah tersebut ke rumah kami, yang sangat sepi, bahkan sampai sekarang masih sepi. Sering terjadi perampokan di daerah tersebut. Tapi, syukurlah sampai sekarang mama belum pernah mengalami hal tersebut. Dan apakah mama pernah mengeluh akan hal itu? Jawabannya, sama sekali tidak! Ini salah satu alasan saya menjadikan mama sebagai guru favorit saya.

Memperhatikan dan Peduli

Mama sangat menyenangi profesinya sebagai guru. Itu bisa terlihat bagaimana beliau menceritakan anak-anak didiknya dengan raut muka bahagia. Saya juga masih teringat dengan kisah mama akan seorang anak didikan. Sepatu anak itu sudah rusak, tak layak dipakai lagi. Mama kemudian membelikannya sepatu baru. Memang bukan sepatu yang mahal, tapi itu adalah sepatu yang layak pakai. Waktu menyerahkan sepatu itu mama bilang,” Sepatu kamu sudah tidak layak pakai. Sudah buang saya. Pakai saja yang baru ini.” Tentu saja maksud mama baik, bukan untuk merendahkan anak tersebut. Namun, tahukah teman-teman apa yang ia katakan? Ia bilang,” Terima kasih, Buk. Tapi, jangan dibuang, Buk. Sepatu ini kan bisa dipakai untuk main bola nanti,” ujarnya sambil tersenyum. Jawaban yang membuat saya terharu ketika mendengar cerita mama. Jika dibandingkan dengan saya, ketinggalan zaman sedikit saja, sudah minta ganti :(

Senang memberi

Ya, itu sifat mama yang saya kagumi, mama bukan seperti beberapa guru di sekolah saya dulu. Mereka begitu bangganya ketika menerima hadiah dari wali murid, apalagi kalau itu barang bermerk terkenal dan dari kota besar pula. Mama tak pernah bangga jika diberi. Di sekolah tempat mama mengajar, siswa-siswinya memang kebanyakan bukan “orang berada”. Tapi, terkadang mama diberikan sayur-mayur, buah-buahan, dan hasil panen lainnya. Menariknya, mama selalu merasa berat untuk menerimanya. Sehingga, biasanya mama membayar yang diberikan murid-muridnya. “Anggap saja ini Ibu beli,” ujar Beliau. Indah, benar-benar indah kisah mama saya :) Jadi setiap mama menginginkan buah-buahan, sayur, beras atau hasil panen lainnya, mama membelinya, bukan memintanya.

Lain pula kebiasaan mama setiap beliau ulang tahun. Mama selalu menyiapkan makanan-makanan untuk anak murid dimana ia menjadi wali kelas. Sungguh berkebalikan dengan beberapa guru di sekolah saya. Kalau ulang tahun, malah minta anak muridnya membeli kue untuk beliau >.< Dan jika teman-teman melihat ekspresi mama saat membuat kue atau penganan lainnya untuk anak-anak didiknya, sungguh berseri-seri :) Sungguh, saya bangga memiliki mama!

Mama, sosok guru yang melayani tersebut, pastilah membekas di sanubari para anak didiknya. Beliau pernah bercerita, saat ban motornya bocor, ada seseorang yang menolongnya. Ternyata orang tersebut adalah anak muridnya dulu. Ya, mama mungkin melupakan beberapa anak muridnya, tapi anak muridnya tak pernah melupakannya. Didikan sang guru, bukanlah hanya angin lalu.

Guru adalah teladan. Seperti sebuah peribahasa: “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Apa yang dilakukan guru, itulah yang diteladani murid-muridnya. Kalau gurunya sudah tak pantas diteladani, lalu muridnya akan menjadi apa?

Profil guru Indonesia di zaman ini, membuat saya secara pribadi geleng-geleng kepala. Lewat berita di televisi, saya melihat beberapa ulah guru yang tak pantas. Murid adalah generasi yang akan meneruskan Indonesia di masa akan datang. Guru ialah pendidik, yang mempengaruhi pembangunan karakter dan pengetahuan sang murid. Tidakkah tugas seorang guru begitu penting?

Memperingati Hari Guru yang jatuh pada tanggal 25 November ini, saya ingin membangkitkan harapan-harapan kita akan sosok guru yang melayani. Guru yang tak kenal lelah, yang memberi penuh kasih, yang memperhatikan, yang menyenangi profesinya, bukan hanya sekedar untuk memperoleh upah. Semoga peringatan Hari Guru ini dapat memberikan semangat juang yang berlipat-lipat bagi para guru! Nusantara membutuhkan guru yang melayani, mempersiapkan generasi muda untuk Indonesia yang lebih baik lagi. Mari kita wujudkan! 

11/21/12

Gelisah Ini

Perasaan ini sudah tak terbendung lagi
Hampir meledak, saking tak bisa ditahan
Bisa jadi menyakitkan, jika dibiarkan
Dan kamu ingin semuanya terlewati
Tanpa harus ada yang terkenai
Seperti helai daun yang dibawa sang angin
Kamu juga ingin perasaan itu pergi jauh
Melayang, pergi entah kemana
Bisa, pasti bisa
Hanya kamu sendiri yang mampu menjadikannya
Karena ini kamu, ini diri kamu
Hanya kamu yang mengerti…

Beberapa minggu ini, jujur saya sangat tidak merasa baikkan >.< Berkali-kali saya mencoba menyegarkan kembali otak ini dengan bersantai sejenak ke tempat yang dapat menghibur kejenuhan, seperti pantai. Ya, memandang air laut itu melegakan hati. Tenang dan damai. Apalagi saat saya melihat matahari terbenam. Wah, semakin membuat hati ini tenang, melihat kebesaran Tuhan melalui karya-karya-Nya :) 

Pantai Purus, Padang

Tak hanya sekali saya mengunjungi pantai beberapa minggu ini, namun sudah dua kali. Rasanya itupun tak cukup. Sekarang ingin sekali mengunjungi tempat itu lagi >.< Wah, tapi sebaiknya hari ini saya istirahat yang cukup saja yaa :D

Tahukah teman-teman apa yang saya rasakan beberapa minggu ini? Wah, sungguh tak terungkapkan lagi rasanya. Rasa gelisah, tak tenang, tak pernah bisa tidur nyenyak, makan pun tak lahap, dan berbagai kondisi kurang baik lainnya. Tiap jam, tiap hari, selalu saja memikirkan sesuatu yang sama. Apalagi kalau bukan “Seminar Kolokium" >.<

Kalau ada yang bingung apa itu seminar kolokium, saya akan menjelaskan sedikit. Jadi, seminar kolokium itu sama dengan seminar literatur. Mahasiswa, secara individu akan membahas suatu jurnal—jurnal internasional—yang akan diseminarkan di depan pembimbing, dua orang penguji, dan hadirin.

Jadwal seminar saya sudah berkali-kali diubah. Nama saya berkali-kali nongol di papan pengumuman. Awalnya nama saya muncul pada minggu pertama seminar kolokium. Kemudian dicoret dengan alasan berkas-berkas saya belum lengkap. Saya pun mengelus dada, penuh rasa syukur :D Lalu, pada minggu kedua seminar, nama saya keluar lagi. Namun, diundur kembali karena permintaan pembimbing. Lalu, nama saya muncul lagi sebagai pengganti teman yang berhalangan seminar. Kemudian, teman tersebut akhirnya jadi seminar, tidak berhalangan. Nama saya akhirnya dicoret lagi. Dan akhirnya, ada kepastian jadwal seminar saya. Ya, besok adalah jadwal seminar kolokium saya. Dan itu yang membuat saya segala perasaan ini campur-aduk >.<

Ini minggu ketiga sejak seminar kolokium di jurusan saya dimulai. Selama dua minggu yang telah berlalu, saya sudah melihat seminar beberapa teman. Hal ini semakin membuat saya gelisah. Bagaimana tidak? Saya membayangkan yang berdiri disana adalah saya, yang menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari penguji, yang kesulitan menjawabnya, yang hanya bisa terdiam. Wah, semakin banyak saya melihat seminar teman-teman, semakin deg-degan lah saya menjelang seminar >.<

Besok adalah hari H. Hari ini saya sudah cukup letih karena ada ujian suatu mata kuliah. Sepulangnya, saya kembali berlatih untuk mempresentasikan jurnal tersebut. Sepertinya sudah berkali-kali saya berlatih begini.. O.o Saya merasa tetap kurang maksimal. Semakin mendekati hari H, semakin kacaulah pikiran ini >.< Oleh karena itu, saya memikirkan untuk mencari solusinya. Mungkin dengan makan es krim saya bisa lebih baik. Atau dengan makan cokelat? :P Ya, pokoknya malam ini saya ingin mengistirahatkan pikiran dan fisik dulu. Hingga besok bisa tampil dengan segar :D

Apapun yang terjadi besok, saya sudah menyerahkan segala-Nya kepada Tuhan. Tapi, tentu saja saya akan berusaha memberikan yang terbaik bagi-Nya. Ayo ayo ayooooo!!! EKSTRA SEMANGAT!!!^^

11/13/12

Dari Rasa Tidak Puas Menjadi Pahlawan

“Rumput tetangga terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri”
Peribahasa di atas pastinya sudah seringkali kita dengar. Saya mengartikan peribahasa ini sebagai segala sesuatu yang dimiliki orang lain terlihat lebih baik daripada yang kita miliki. Ya, begitulah sifat manusia, yang sering tidak merasa puas. Sudah punya handphone BB (Blackberry), pengen punya android juga. Sudah punya BB dan android, pengen iPad pula. Itu pun masih merasa belum puas juga. Ya, begitulah sifat yang biasanya ada pada manusia :D
Menurut saya, rasa tidak puas, juga dapat menjadi hal yang baik. Contohnya, tidak merasa puas dengan nilai ujian yang diperoleh, sehingga seseorang menjadi lebih giat belajar. Contoh lainnya, seseorang yang merasa tidak puas dengan perubahan-perubahan karakternya, sehingga ia menjadi semakin semangat memperbaiki karakter-karakter lainnya yang kurang baik. Itu adalah contoh implikasi rasa tidak puas yang baik. Contoh lain yang ingin sekali saya ingar-bingarkan adalah rasa tidak puas akan keadaan bangsa Indonesia. Seandainya kita selalu merasa tidak puas dengan kondisi bangsa ini, pastilah kita akan semakin semangat berjuang untuk Indonesia yang lebih baik lagi.
Melihat kondisi Indonesia yang sekarang, jujur saya merasa sangat tidak puas. Hukum yang kurang ditegakkan, korupsi merajalela, angka kemiskinan yang masih sangat besar, angka kriminalitas yang tinggi, dan kondisi-kondisi buruk lainnya. Puaskah Anda melihat keadaan Indonesia yang sekarang ini? Jika Anda dan saya sepakat bahwa tidak puas melihat kondisi bangsa ini, apa yang bisa kita lakukan?
Baru-baru ini, kita memperingati hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November. Mengingat jasa pahlawan yang berjuang mati-matian demi kemerdekaan Indonesia, saya menjadi semakin semangat lagi. Para pejuang tersebut tidak mementingkan “rumput mereka masing-masing”, melainkan “rumput kita” yaitu Indonesia. Hal ini berbanding terbalik dengan kita di zaman ini, dimana yang utama adalah “saya” dan “semua tentang saya”. Ya, semangat kepahlawanan seperti itulah yang patut kita tiru untuk Indonesia.
Mungkin perjuangan kita di zaman ini tidak sampai berdarah-darah seperti para pahlawan kemerdekaan Indonesia. Mungkin tidak sampai kehilangan nyawa. Tapi, mungkin saja kita harus berjuang sampai titik darah penghabisan demi Indonesia. Dengan cara apapun kita berjuang, kita tetap berjuang demi Indonesia. Mungkin kita akan menjadi pejuang di bidang ilmu sains atau di bidang hukum atau politik atau bidang-bidang lainnya. Mari kita semua sama-sama berjuang demi masa depan Indonesia yang lebih baik lagi. Semoga saja rasa tidak puas kita akan Indonesia dapat mendorong kita menjadi pahlawan-pahlawan yang tak kenal lelah, tidak hanya memperhatikan “rumput sendiri”, namun melakukan semuanya demi kemajuan bangsa ini. Semoga :)

Selamat memperingati hari pahlawan^^

10/16/12

Belajar Peka pada Indonesia

Perbedaan sifat yang paling mencolok antara pria dan wanita, menurut saya adalah soal kepekaan. Pria sering tidak peka pada perasaan wanita. Pria menggunakan logikanya, sehingga seringkali wanita merasa bahwa pria tidak memahami perasaan wanita. Ujung-ujungnya wanita jadi kesal sendiri. Ya, saya paham benar perasaan itu. Saya pernah mengalami itu.
Tatkala sendirian, saya pernah memikirkannya. Mungkin pria tidak seperti yang dipikirkan wanita selama ini. Mungkin tidak sebegitunya. Mungkin mereka pernah mencoba memahami perasaan wanita, mencoba untuk peka, namun mungkin akhirnya mereka lelah sendiri karena wanita selalu merasa tidak dimengerti. Seandainya saya jadi pria, sepertinya saya akan pusing tujuh keliling menghadapi wanita karena saya begitu tahu bagaimana sifat wanita, tentu saja karena saya seorang wanita. Tidak semua wanita? Ya, memang. Tapi, kebanyakan wanita seperti itu. Kebanyakan.
Saya sering menyesal atas hal yang telah saya lakukan, setelah saya menyadarinya. Terkadang wanita bahkan sama sekali tidak berusaha memahami perasaan pria. Bahkan, wanita yang sebenarnya lebih sulit memahami pria. Kalau sudah paham pun, tetap sulit untuk menerimanya. Wanita sekali ya :D
Akhir-akhir ini, saya mulai berpikir dalam ranah yang lebih luas. Manusia. Kalau dipikir-pikir, kepekaan saya terhadap sesama bisa dikatakan sangat rendah. Sepertinya saya kurang peka karena tingginya keegoisan saya. Sehingga, segala sesuatunya tentang saya. Ya, saya sadar akan sifat buruk saya itu. Namun, saya sedang dan masih mencari segala cara untuk memperbaiki sifat buruk ini. Saya merasa kepekaan saya sudah lebih baik akhir-akhir ini. Saya yang jarang memikirkan sesama, jadi sering melamun sendiri, memikirkan masalah-masalah yang berhubungan dengan sesama, juga tentang bangsa ini. Wah :O Wah, saya sendiri takjub menyadari saya yang seperti ini. Kok bisa ya? :O
Baru-baru ini banyak hal yang membuat saya “gemas” dan “sesak” melihat keadaan sekitar saya. Ya, saya bersyukur bisa mengenal teman-teman kampus lebih dekat. Itu pun baru-baru ini, di tahun akhir saya kuliah. Tapi, saya tetap mau bersyukur. Dari mereka saya dapat membuka mata lebih lebar. Ternyata begini ya kondisi di sekitar saya :O Saya ingin teriak. Tapi, tak tahu kepada siapa dan siapa yang mau mendengar. Hhhhhhhh.
Ya, namun, saya tahu bahwa Dia berdaulat atas segala sesuatu hal di dunia ini. Tuhan pasti campur tangan. Mungkin saya hanya bisa mendiskusikannya pada teman-teman dan menuliskannya. Tapi, Dia, Tuhan, Maha Besar dan berkuasa atas segala hal di surga maupun di bumi. Sementara itu, saya mau tetap berharap untuk menemukan jalan keluarnya.
Seandainya saja semakin banyak org Indonesia yang peka dengan kondisi bangsa ini. Tak perlu jauh-jauh soal korupsi dan politik di pemerintahan sana, namun dapat dimulai dengan hal-hal kecil di sekitar kita. Di sekitar kampus, juga bisa di sekitar tempat tinggal kita Saya rasa, kita perlu untuk tidak hanya melihat siapa saya dan nanti saya akan bagaimana. Tapi, mulai memikirkan, bangsa saya ini akan jadi seperti apa nantinya. Kita belajar peka. Bukan hanya pada diri sendiri, atau keluarga, atau kekasih, atau sahabat, atau orang-orang terdekat, namun lebih luas lagi, peka pada bangsa Indonesia ini. Bukankah disini kita lahir, tumbuh, dan berkarya? Mari kita belajar lebih peka pada bangsa Indonesia^^ 

9/22/12

SInetron Indonesia Impian

Selama menjadi mahasiswa, saya sangat jarang menonton TV. Maklumlah, sebagai anak kos, sulit punya waktu untuk menonton TV. Apalagi sebagai mahasiswa di jurusan saya. Setiap hari, hanya laporan yang ada di depan mata. Dulu, saat saya pertama kali menjadi anak kos, ada TV di ruang tengah kos kami. Saya adalah satu-satunya penghuni kos yang sangat jarang berada di ruang tengah untuk menonton TV, sehingga jika saya berada disana, penghuni-penghuni kos yang lain menjadi heran dan kaget. “Eh, tumben disini, Fan,” ujar mereka dengan ekspresi takjub. Saya pun hanya mampu tersenyum.
Sebenarnya alasan saya jarang menonton TV tidak hanya sekedar karena tak punya waktu saja, namun yang utama adalah karena acara TV yang sering ditonton di kos itu tidak menarik, menurut saya. Bukan hanya tidak menarik, bahkan membuat saya geleng-geleng kepala, malas menontonnya. Ya, pasti sudah tertebak apa acara TV yang paling diminati di kos para mahasiswa. Benar sekali, sinetron. Mereka sampai hapal semua judul sinetron, di stasiun TV apa dan kapan jam tayangnya. Sehingga, apabila mereka sedang membicarakan tentang nama-nama karakter di sinetron dan cerita sinetron tersebut, saya hanya bisa terbengong-bengong, tidak mengerti.
Ketidaksukaan saya akan sinetron Indonesia, bukan karena saya tidak menghargai karya kita sendiri. Namun, karena saya merasa bahwa saya bagian dari bangsa inilah, saya menjadi malu saat melihat sinetron Indonesia. Bagaimana tidak? Apa tidak malu melihat akting para pemain sinetron yang terlihat “murahan”? Mata yang melotot saat marah, ucapan-ucapan yang begitu kasar, bahkan cerita yang begitu dangkal. Papa saya sering bilang begini tentang sinetron Indonesia,” Apa bangsa kita tidak malu dengan sinetron kita? Apa jadinya kalau orang-orang luar negeri menonton sinetron Indonesia? Mereka pasti berpikiran bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak berbudaya. Dari tutur bahasanya, gerak-geriknya, sampai gaya hidupnya. Sama sekali tidak mencerminkan budaya Indonesia.” Hal ini membuat kami (keluarga saya), bisa dikatakan tidak pernah menonton sinetron di rumah. Mama, yang dulunya tertarik dengan sinetron, selalu ditegur papa jika mengambil siaran sinetron. Alhasil, tontonan kami kebanyakan acara berita atau tontonan film-film layar lebar yang diputar di TV.
Sejak papa menemukan frekuensi stasiun TV yang hanya memutar drama korea, hampir seharian kami hanya menonton drama di stasiun tersebut. Tentu saja tidak ketinggalan menonton siaran berita, yang sangat penting untuk diketahui. Drama korea bisa juga dikatakan sinetron versi Korea. Papa sangat antusias dengan sinetron korea. Saya, apalagi. Sehingga, stasiun TV tersebut menjadi stasiun TV favorit kami sekeluarga. Papa berkomentar, ”Banyak sekali keunggulan sinetron korea, seperti kata-katanya yang santun, latar belakang ceritanya yang jelas, akting pemainnya yang natural, tidak berlebihan, ceritanya yang menarik, serta banyak nilai-nilai budaya, pendidikan, pengetahuan dan moral yang dapat dipetik dari sinetron tersebut. Wajar bila bangsa ini tergila-gila dengan sinetron korea. Kalau melihat sinetron kita, mobilnya mewah-mewah, rumahnya megah-megah, tapi nggak jelas darimana datang semuanya itu.” Saya setuju dengan pendapat papa.
Acara-acara TV turut berperan membentuk pola pikir dan sikap bangsa ini. Sinetron yang isinya “cinta-cintaan” melulu, tanpa unsur pendidikan yang jelas dan nilai-nilai kehidupan, cenderung membuat penonton memiliki pola pikir yang hidupnya hanya memikirkan cinta pasangan hidup semata. Padahal ada banyak nilai-nilai kehidupan yang layak dipikirkan. Ucapan-ucapan sinetron kita yang pedas dan terdengar tidak sopan, menjadikan orang-orang sering berkata kasar terhadap sesama, bahkan seorang anak dapat berkata tidak sopan pada orang tuanya karena tontonan di TV. Meskipun karakter seseorang kembali pada diri kita masing-masing, tapi tak ayal lagi bahwa tontonan TV berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap kita.
Pola pikir dan sikap bangsa ini dapat menjadi lebih baik. Salah satunya dengan tontonan yang membentuk pola pikir dan sikap yang baik pula, yaitu acara TV yang mendidik. Sinetron yang menjadi acara TV favorit masyarakat, dapat menjadi tolakan untuk mencapai karakter dan pola pikir bangsa Indonesia yang lebih baik. Jika sinetron diproduksi bukan hanya untuk tujuan komersial, namun juga untuk kemajuan bangsa ini, sungguh alangkah baiknya. Saya pribadi mengharapkan sinetron kita benar-benar menggambarkan siapa bangsa Indonesia. Bukankah kita terkenal dengan keramah-tamahan? Bukankah kita begitu bangga dengan keragaman budaya bangsa kita? Beragam ras dan bahasa daerah. Sungguh, jika ada sinetron yang benar-benar sinetron “Indonesia”, maka akan menambah kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Bangsa-bangsa lain yang menontonnya pun akan takjub. Tidakkah ini menjadi impian bangsa kita?
Saya bukan ingin menjelek-jelekkan karya bangsa ini, namun toh kita juga harus berani mengkritik dan berkomentar yang membangun, bukan? Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia yang cerdas dan mampu berpikir kreatif. Tanpa meniru cerita korea, seperti yang ditiru oleh beberapa sinetron dan FTV Indonesia, kita dapat menghasilkan karya yang juga tak kalah baiknya dari sinetron korea tersebut. Ya, saya yakin.
Ya, semoga saja produser-produser sinetron Indonesia mendengar suara masyarakat yang ingin pembaharuan untuk Indonesia yang benar-benar jaya. Kita juga mengharapkan penulis-penulis cerita sinetron yang menceritakan ke-Indonesiaan dan bahasa yang baik didengar. Kita berharap pula agar sutradara-sutradara Indonesia menggambarkan gerak-gerik bangsa Indonesia yang berbudaya dan sopan santun. Kita berharap agar semua orang yang berperan dalam produksi sinetron Indonesia menghasilkan karya yang membanggakan bangsa Indonesia. Kita pun masih bisa berperan dengan terus menyuarakan suara pembaharuan. Kita masih bisa terus berkobar-koar. Kita semua dapat berperan demi Indonesia, demi bangsa ini, demi kita semua. Mari!

9/20/12

Rindu Jatuh Cinta


Saya kehilangan sense itu....

Berdebar-debar di sampingnya
Senyum-senyum jika mengingat momen bersamanya
Begitu hapal dengan ucapannya, kata per kata,
 bahkan isi pesan singkatnya
Menanti-nanti kabarnya
Berbagi topik doa bersamanya
Merenda rencana-rencana masa yang akan datang bersamanya

Ya, saya kehilangan itu semua. Bahkan, sepertinya saya sudah tidak ingat lagi bagaimana rasanya. Menuliskannya tanpa ada rasa. Memikirkan semua itu tanpa rasa. Sepertinya saya mati rasa soal ini. Wah, wah, sepertinya memang begitu >.<
Sejujurnya saya rindu merasakan semua itu. Ingin sekali rasanya jatuh cinta lagi. Ingin rasanya memiliki seseorang yang berada di samping saya lagi. Dan bukankah keinginan itu wajar? Tapi, jangan salah. Saya bukannya merasa kesepian. Saya bukannya merasa hampa karena tidak ada pasangan. Toh, bukan pasangan yang mengisi kekosongan di hati manusia, namun hanya Tuhan saja. Jadi, sekali lagi saya bilang bahwa saya tidak kesepian, saya tidak merasa hampa karena tak ada pasangan. Saya penuh, saya utuh di dalam Tuhan. Namun, saya tetap rindu untuk menemukan seseorang itu. Bukan untuk mengisi kesepian atau kehampaan, namun untuk mendampingi saya, membantu saya semakin bertumbuh mengenal-Nya  dan saya berharap kali ini tak salah lagi, bahwa memang benar dia, orang yang Tuhan siapkan untuk saya.
Saya tidak tahu kapan saya akan merasa jatuh cinta lagi. Saya tidak tahu dengan siapa saya akan jatuh cinta lagi. Dan saya tidak tahu apakah rasa jatuh cinta di masa datang akan sama dengan yang sebelumnya atau tidak. Namun, saya percaya, Tuhan berkuasa atas semua itu. Saya menanti jawaban-Nya dan akan selalu menanti. Ya, pasti Dia akan menjawab “pada waktu-Nya”.
Baru-baru ini saya menemukan sebuah doa yang indah untuk pasangan hidup. Kalau yang ini doa wanita untuk seorang pria yang akan menjadi pasangan hidupnya. Ini bukan kutipan langsung, jadi ada beberapa kalimat yang saya potong, sesuai kepentingan. Yang penting, doa ini membuat saya jadi terharu saking indahnya. Ini dia:
               
Lord,
I pray for a man, that will be a part of my life
A man that really loves YOU more than everything
A man that will put me in the second place of his heart
A man that lives not for himself but for YOU
The most important is
I want a heart that really loves and thirsty of YOU

Someone that has a wise heart
Not only a smart brain
A man that not only loves me but also respect me
A man that not only adores me
But can warn me when I am wrong
A man that loves me not because of my beauty
But my heart
A man that can be my best friend
In every time and situation
A man that makes me feel like a woman
when I am beside him

I do not ask for a perfect man
But I ask for an imperfect man

A man that needs my support for his strength
A man that needs my prayer for his life
A man that needs my smile to cover his sadness
A man that needs my love so he feels being loved
A man that needs me to make his life beautiful

And I also ask
Make me be a woman that can make him proud
Give me a heart that really LOVES YOU
So I can love him with Your Love
Not love him with my love

And I want that when we finally meet
Both of us can say
How great Thou Art
I know that You want us to meet at the right time
And You will make everything beautiful in Your time
Amen*

*(dikutip dari  Booklet Buletin PO FKG UI yang katanya diambil dari buku Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta karya Grace dan Steven)

Selamat menanti pasangan hidup di dalam Tuhan :)

9/5/12

Belajar Dewasa


Rasa itu begitu dalam
Begitu menyesak dada
Sampai-sampai enggan merasanya
Kamu ingin lari
Kamu mau menghilang
Tapi kamu salah
Kamu tak perlu menghindar
Hanya perlu menghadapinya,
Hanya butuh melawannya
Hingga kamu mengerti bagaimana caranya…

Baru-baru ini saya merasa benar-benar jenuh. Sungguh, tak dapat dikatakan lagi seberapa menyesaknya rasa jenuh itu. Saya merasa lelah, baik lelah hati, maupun lelah fisik. Rasa-rasanya begitu banyak hal yang saya harus pikirkan dan banyak hal yang harus saya kerjakan. Alhasil, rekan-rekan setim saya yang jadi korbannya. Mereka yang jadi pusing karena saya pusing. Mereka yang jadi harus memikirkan karena saya minta mereka yang memikirkannya. Ya, mungkin saya lelah karena mengerjakan hal yang itu-itu aja. Bahkan, mungkin saya merasa tertekan harus memikirkan dan melakukan yang itu-itu terus. Sepertinya begitu.

Saya bersyukur sekali setelah saya memutuskan untuk “rehat sejenak” dari kesibukan saya, banyak hal yang mengingatkan saya untuk tidak terlarut dalam kejenuhan itu. Saya ditegur berkali-kali lewat firman-Nya dalam saat teduh saya. Saya juga ditegur lewat buku yang saya baca. Bahkan, dari beberapa orang. Saya diingatkan untuk tidak mengabaikan tugas dan tanggung jawab saya ‘hanya’ karena kejenuhan itu. Saya diingatkan kembali tentang tujuan saya melakukan segala sesuatunya. Ya, saya tidak sadar. Atau mungkin saya lupa? Entahlah. Yang terpenting, saya sudah ingat atau sadar bahwa motivasi saya mengerjakan ‘pekerjaan-pekerjaan’ itu adalah bagi-Nya, karena saya ingin melakukan segala sesuatu terbaik untuk-Nya. Sehingga perlu dipertanyakan lagi, apa sudah benarkah motivasi saya dalam melakukan tugas-tugas tersebut? Atau selama ini saya hanya mengerjakannya karena program semata? Renungan yang sangat ‘ngena’ buat saya. Dan saya senang ditegur-Nya.

Beberapa hari kemudian, saya ditanyai tentang tugas yang harus saya kerjakan. Syukur sekali saya sudah diingatkan sebelumnya, sehingga dengan semangat saya katakan bahwa saya akan segera mengerjakan dan menyelesaikannya. Lega sekali, bahagia sekali saat saya mengatakan hal tersebut. Padahal pada saat merasa jenuh itu saya sudah menyerahkan segala tugas dan tanggung jawab itu kepada rekan-rekan setim. Namun, sekarang saya sudah semangat lagi. Ternyata memang disini Tuhan mau saya bekerja dan saya menyadari bahwa saya sangat menyukai tugas dan tanggung jawab yang harus saya kerjakan ini. Ya, saya menikmatinya :)

Dari hari ke hari, saya merasa semakin didewasakan-Nya. Saya dipaksa-Nya dewasa menghadapi segala hal, bahkan hal-hal yang dulunya tidak saya sukai. Ya, saya tahu itu adalah keharusan, meskipun terkadang begitu sakit rasa-Nya untuk mengikuti kehendak-Nya. Saya ingin berusaha taat. Saya ingin menyerahkan diri saya sepenuhnya bagi-Nya. Jika saya jenuh lagi, saya sudah tahu caranya. Saya harus paksa diri saya untuk tetap menghadapinya, untuk melawan rasa jenuh itu karena saya tahu bahwa saya tidak bisa sesuka hati lagi mengatur hati dan diri saya, ada Dia, Dia yang punya Kuasa. Semoga saya tak lupa atau tak sadar lagi ya :D Semoga saja :)


8/27/12

Sadar dan Tidak Sadar


Baru-baru ini saya terlibat obrolan yang menarik bersama seseorang teman ngobrol. Waktu itu dia memulai percakapan kami dengan pertanyaan ini:

“Pernah nggak kamu merasa sedih sekaligus kesepian? Begitu dalam sampai seolah-olah dada terasa ngilu?”

Awalnya saya hanya bisa tertegun membaca pesan singkat itu. Yang ada dalam pikiran saya. Ya, jelas. Jelas sekali saya pernah merasakan perasaan itu. Yang buat saya tertegun adalah perasaan seperti itu begitu seringnya  saya rasakan ‘dulu’.  Ya, itu benar-benar saya yang dulu. Perasaan itu tidak salah, namun tindak lanjut saya akibat perasaan itu yang salah. Kalau bahasa gaulnya, saya “galau” karena perasaan itu. Ujung-ujungnya, ya orang lain yang kena. Perasaan itu membuat saya menjadi seperti anak-anak,  menyalahkan orang lain, merepotkan orang lain, bahkan membuat orang lain kesal karena dituduh yang tidak-tidak.

Kemudian, teman mengobrol saya itu bertanya kembali,”Apa penyebabnya itu ya?”

Saya agak bingung menjawab karena sebenarnya saya pun tidak mengerti bagaimana perasaan seperti itu bisa ada. Akhirnya, kami sepakat menjawab bahwa perasaan tersebut adalah perasaan khas remaja. Dia bilang:

“Kayaknya udah alami deh. Saat kita tambah tua, kita tambah banyak pengalaman. Dari pengalaman itu pola pikir kita berubah. Dengan pola pikir yang beda, kita menghadapi situasi dengan berbeda juga. Kita tidak begitu sentimentil lagi kalau kesepian.”

Saya menambahkan pernyataan dia tersebut. “Tapi, perubahan itu tergantung orang-orang sekitar juga ya. Jika orang-orang sekitar kita/lingkungan kita memaksa kita untuk dewasa, lama-kelamaan kita juga akan menjadi dewasa. Mungkin sifat manja saya karena dulunya saya berada di sekitar orang-orang yang memanjakan saya ya. Tapi, sejak saya mengenal seseorang yang memaksa saya untuk menjadi dewasa, saya jadi harus dewasa. Bukan begitu?”

Lalu, dia bertanya apa dia termasuk dalam kategori orang-orang sekitar yang memanjakan saya atau bukan. Saya menjawab, iya.

“Iya ya? tanyanya. “Berarti orang manjain itu mungkin sebenarnya nggak sadar lagi manjain. Dia cuma ingin menunjukkan kasihnya.”

Saya pikir, benar juga ya. Nggak sadar.  Terkadang saya nggak suka kalau orang-orang di sekitar saya mulai manjain saya. Kayak sibuk nanyain udah makan atau belum berkali-kali.  Tapi, sepertinya mereka bukan bermaksud memanjakan saya. Mungkin seperti pendapat teman saya ini, alasannya karena mereka mengasihi saya.

Kemudian, teman ngobrol saya menyatakan kesimpulan pendapatnya,” Saya tahu bedanya. Kalau seseorang mengasihi dan ingin yang dia kasihi itu mandiri, itu dia lakukan dengan sadar. Kalau yang mengasihi, terus manjain yang dikasihinya, itu dia manjainnya nggak sadar.”

Ya, pikiran saya mulai terbuka dengan kesimpulan teman mengobrol saya ini. Poinnya adalah sama-sama mengasihi, yang bedanya adalah sadar atau tidak sadarnya. Memang sih memanjakan orang yang dikasihi berlebihan itu tidak baik, misalnya seperti orang tua yang mengasihi anaknya sampai-sampai apa saja yang anaknya inginkan, selalu dipenuhinya. Sehingga, anak itu tidak terbiasa mandiri dan melakukan segala sesuatu semaunya saja. Ya, itu tidak baik. Tapi, tidak ada salahnya jika orang tua tersebut sesekali memanjakan anaknya sesuai keinginan anaknya. Misalnya kalau anaknya minta dibelikan es krim, minta jalan-jalan ke luar kota, dll. Sesekali toh, jangan sering-sering :D

Jadi, kalau sesekali saya minta dimanjain, minta dianterin makanan, minta dianterin sesuatu barang yang ingin dipinjam, minta diantarin ke kos, minta dijagain motor, minta ditemanin SMS, minta ditemenin makan, minta ditemenin pergi, nggak apa-apa juga kan? Kan sesekali :D

Ya, semoga saja kita tidak salah cara dalam mengasihi dan dikasihi. Menurut saya, lebih baik kita sadar bahwa kita ingin orang yang kita kasihi jadi mandiri. Tapi, manusia sering kali melakukan hal tanpa ia sadari juga ya. Ya, setidaknya , tidak dilakukan berlebihan J Selamat mengasihi dan dikasihi^^

Terus Menulis


Sudah begitu lama saya tidak menulis di blog ini. Ya, memang beberapa waktu lalu saya kembali menulis tentang kisah saya selama masa KKN. Namun, selain itu, saya tidak tahu harus menceritakan apa. Mungkin itu alasan saya sudah begitu lama tidak menulis. Mungkin karena tidak ada niat. Mungkin karena kesibukan-kesibukan saya. Atau mungkin saja karena yang alami biasa-biasa saja, sehingga tak ada yang pantas diceritakan. Atau kemungkinan terakhir, apa karena kamu tidak lagi berada di sisi saya ya sehingga saya kehilangan semangat untuk menulis dan bercerita? Ya, biasanya saya senang menulis apa yang saya rasa. Saya suka menulis tentang kamu. Saya rasa, kamu salah satu alasan saya semangat untuk menuliskan curahan hati saya di blog ini. Ya, sepertinya kamu alasan utama atas segala halnya. Tapi, cukup tentang kamu. Sekarang saya kembali menemukan nikmatnya menulis :)

Beberapa waktu lalu, saya membaca beberapa postingan blog saya yang dulu-dulu. Benar,ternyata saya menyukai setiap posting yang ada tentang kamu. Hei, hei. Kok tentang kamu lagi. Cukup, cukup. Nah, setelah membaca semua postingan itu, saya merasakan kembali semangat menulis. Ternyata memang begitu menyenangkannya bisa menuangkan seluruh yang saya rasa dalam bentuk tulisan. Ya, saya bukan orang yang mudah akrab dengan orang lain. Saya juga orang yang sulit untuk beramah-tamah dengan sesama. Saya tipe yang tidak suka hal seperti itu. Sampai-sampai, untuk mengatakan ‘terima kasih’ saja rasanya berat sekali. Aneh ya? Makanya, tulisan sangat berharga bagi saya. Ada begitu banyak kata yang tidak bisa saya ucapkan. Dengan tulisan, saya bisa mengungkapkan semuanya. Lengkap, jelas. Semuanya. Tanpa perlu takut atau segan mengungkapkannya. Huahh, benar-benar lega :D

Sebenarnya saya lupa sejak kapan tepatnya saya mulai menyukai  dunia tulis-menulis. Dulu semasa SMP, saya suka menulis puisi. Kalau dibaca puisi saya saat masih SMP, wah saya jadi malu >.< Sepertinya benar-benar kacau :D Asal-asalan saja. Lalu, seingat saya, saya mulai suka menulis novel remaja/teenlit saat SMA. Novel Dealova-nya Dian Nuranindya menginspirasi saya untuk bercita-cita menjadi penulis novel. Saya mulai menulis novel. Saya menyelesaikan novel teenlit pertama dengan banyak halaman 68. Wah, saya jadi senyum-senyum sendiri mengingat itu :D Bayangkan, 68 halaman, isinya percakapan yang nggak jelas pula. Singkat-singkat dan garing pula dialognya. Yang penting halamannya banyak euyy. Hahaha :D saya kasih deh,sepotong  percakapan ngawur novel pertama saya :

“Panas banget nih mienya!” ucap Alvin sambil megap-megap.
“Nggak penting panas atau enggaknya. Yang penting makan!” kata Della.
“Hmm… iya deh!”
“Jadi nggak minta maaf dulu ama gue?”
“Hah! Minta maaf, apaan?”
“Enak aja loe! Loe udah buat kaki gue sakit, tau!”
“Kan loe yang mau turun!”
“Lagian loe yang nggak ikhlas!”
“Emang!”
“Dasar cowok sok!”
“Bukannya sok, tapi emang benar!”
“Cerewet!!!”
“Elo tuh yang cerewet! Dasar cewek!!!”
“Loe ngehina cewek?? GUE NGGAK TERIMA!!!”
“Eh,eh, diam donk! Dari tadi, temen-temen loe ngelihatin kita! Sekarang, mereka tambah ngelihatin kita, cerewet!”
“Itu semua gara-gara loe!!!”      

*Ngakak bentar

Beneran, sampai sakit perut rasanya ngakak baca novel pertama saya dulu. Maksudnya, mau kayak novel Dealova, yang ada berantemnya Kara dan Dira. Eh, jadinya malah kayak gitu. Maksa banget :D

Tidak berhenti sampai disitu, saya menulis beberapa novel lainnya. genre-nya sama, teenlit. Dulu, saya pernah bermimpi menjadi penulis novel terkenal, setidaknya memiliki novel yang diterbitkan oleh perusahaan penerbitan. Bahkan, saya pernah memimpikan seandainya novel saya diangkat menjadi film, seperti Dealova :D Sebenarnya impian begitu tak jadi soal. Yang lucunya, novel yang saya tulis semasa SMA itu novel yang dangkal sekali ceritanya, kalau saya baca sekarang. Padahal dulu  rasanya saya sudah begitu puas dengan novel-novel itu >.< Tapi, saya sangat bersyukur karena masih memiliki dokumen-dokumen novel tersebut meskipun ada beberapa yang hilang karena  sudah beberapa kali pindah komputer, sampai akhirnya masih tersimpan di laptop saya tercinta ini. Dan ternyata semangat saya untuk memulai novel yang baru tidak sebanding dengan semangat menyelesaikannya. Cukup banyak novel-novel lama saya yang tidak selesai. Namun, syukurlah masih ada kenangan-kenangan yang tidak hilang :)

Dalam masa peralihan dari siswi SMA menjadi mahasiswi, saya masih menulis. Saya menulis di catatan dalam akun facebook saya. Dan akhirnya, sampailah saya ke blog ini. Sebenarnya saya sudah cukup kenal blog. Beberapa teman saya sudah memilikinya. Bahkan, saya pernah menjadi diminta untuk posting suatu cerpen ke blog teman. Namun, saya belum niat memiliki blog sendiri. saya takut tidak bisa mengurusnya. Pikiran saya berubah saat saya begitu tertarik dengan suatu blog. Tulisan-tulisannya bagus sekali. Saya jadi semangat menulis di blog dan mulailah saya posting pertama. Setelah dilihat-lihat, tulisan saya di awal blogging itu polos sekali ya :D Sekarang sudah lumayanlah. Hehe :D

Ya, begitulah kisah saya dan tulisan saya. Yang tidak berubah dari tulisan saya.. hmm.. apa ya? Mungkin tentang hujan. Sedari SMA saya mulai menyukai hujan dan sampai sekarang. Meskipun perasaan saya sudah berpindah-pindah dari orang itu, orang ini, orang yang lain lagi, tapi perasaan saya akan hujan belum berubah. Saya masih menyukai suaranya, tetesnya, dinginnya. Ya, masih.

Dengan tulisan ini, saya ingin mencoba semakin giat menulis. Maunya sih sebulan sekali bisa nulis di blog ini. Ya, semoga saja saya tetap semangat ya karena sebaiknya menulis bukan karena mood, tapi karena saya benar-benar menyukai menulis. Mari mulai menulis, tetap menulis, dan terus menulis! Hwaiting!^^

8/7/12

Masa-Masa Paling Indah, Masa-Masa di KKN :)


Saya kembali, setelah beberapa bulan tidak menulis karena berbagai kesibukan. Salah satunya, ya ini. KKN (Kuliah Kerja Nyata), tepatnya 8 Juni-17 Juli.

KKN itu benar-benar menyenangkan!!!! :)
Seruuuuuuuuuu.. ^^
Rameeeeeeeeeee^^

Awalnya, saya deg-degan sebelum tiba masa KKN. Kepikiran, dapat lokasi KKN yang gimana ya? Terus, dapat teman-teman KKN seperti apa ya? Ternyata, saya beruntung. Benar-benar beruntung :)

Lokasi KKN
Saya dapat lokasi KKN di Nagari Muaro Bodi, Kab. Sijunjung, Sumatera Barat. Kami, mahasiswa KKN yang perempuan bermukim di rumah seorang nenek yang tinggal sendiri. Sedangkan teman-teman cowok tinggal di TPA, depan Masjid. Tempat tinggal teman-teman cowok sekaligus menjadi posko KKN kami. Ini dia posko kami :)



Imud-imud kan kami? ;)


Teman-teman KKN
Senang sekali ketemu teman-teman KKN yang seruuuu. Ada 4 cowok dan 11 cewek :D Total jumlah kami 15 orang. Rameeeeee. Meskipun ada 2 jorong di Nagari Muaro Bodi, kami sepakat untuk sama-sama mengerjakan program-program kami tanpa membagi dua per jorong. Kami bersama-sama mengerjakan program di kedua jorong. Menyenangkan :)


 Hari kedua KKN (bersama nenek)^^

Kegiatan KKN
Program berbasis nagari yang dengan semangat dan penuh kerja keras kami kerjakan adalah Bimbingan Belajar (Bimbel) Berbasis Nagari^^ Bimbel ini kami beri nama BMB (Bimbel Muaro Bodi). Ada berbagai kendala untuk benar-benar melembagakan Bimbingan Belajar ini. Namun, DPL (Dosen Pembing Lapangan) kami sungguh mendukung dalam perjuangan kami bersama ini. Semoga saja dapat berjalan dengan lancar, meskipun kami tidak lagi menjalani KKN disana :)


Pemotongan pita oleh Sekretaris Camat IV Nagari (Peresmian BMB)



Foto bersama Sekretaris Camat, Wali Nagari Muaro Bodi dan beberapa warga Nagari Muaro Bodi


Kami saja^^

Kegiatan 
Kegiatan utama saya adalah Penyuluhan Bahaya Minyak Goreng yang digunakan berulang kali. Yang menjadi sasaran adalah kelompok ibu-ibu PKK di Nagari Muaro Bodi. Syukurlah, ada belasan ibu-ibu PKK yang dapat. Kami menggabungkan beberapa program yang mendukung untuk acara ini, dengan 3 pemateri, termasuk saya :)


Menerangkan materi :)


Jalan-Jalan 
Tidak hanya berkegiatan KKN saja, kami juga melakukan refreshing dengan berwisata di Taman Satwa Kandi. Seruuuuu. Ternyata disana ada juga permainan air dan permainan seru lainnya, seperti Flying Fox, serta Paint Ball. Yang paling seru adalah pada saat kami, para wanita tangguh naik Banana Boat. Dan.. yang bisa berenang dari kami berlima adalah…. 0 :D
Yup,tidak ada satu pun dari kami yang bisa berenang. Meskipun jantung berdebar-debar tak karuan (30 m kedalaman danau nya), namun rasa penasaran kami ternyata lebih besar lagi. Akhirnya, kami pun naik Banana Boat, bahkan sampai minta tambah sekali lagi. Hahaha :D

 Bersiap-siap berangkat :D



 Ekspresi setelah bertempur :D


Sebenarnya masih banyak kisah KKN yang tak cukup-cukupnya kalo diceritakan :P Tapi, cukup sampai disini saja ya. Besok-besok saya ceritakan kisah yang lain lagi :D Oh iya, sekarang saya sudah menjadi mahasiwa tinngkat akhir. Doakan ya kuliah saya berjalan dengan lancar, sehingga bisa jadi S.Si tahun depan. Semoga^^ Hwaiting :) 

5/17/12

Transisi


Sinar itu semakin meredup,
Tak lagi benderang seperti dulu
Sumbernya sudah hilang, pergi,
tak tahu kemana,
seakan katakan, tak usah lagi cari
Sinar itu semakin hilang,
lenyap tanpa sampaikan apa-apa


Baru-baru ini saya sedang dalam masa transisi. Transisi dari kos ke rumah kontrakan, juga transisi urusan hati. Semuanya terasa berbeda. Ya, begitulah namanya transisi.

Tidak beberapa lama lalu, saya pindah kos (lagi).  Kali ini ke rumah kontrakan bersama teman-teman. Teman-teman baru dan kondisi rumah yang baru, pastilah berbeda. Dalam masa transisi itu, saya mencoba untuk belajar memahami orang-orang baru. Saya menyadari bahwa saya orang yang cukup lama dalam masa transisi ini. Bagi saya, tidak mudah menyesuaikan diri ke suatu keadaan yang berbeda. Namun saya tidak mau berhenti. Saya terus mencoba sekuat kemampuan saya. Pasti bisa nantinya.

Tidak hanya kos, saya juga mengalami transisi hati. Jelas ini transisi yang berat bagi saya. Yang dulu begitu, sekarang jadi begini. Awalnya semuanya terasa sama saja. Toh kondisinya masih sama. Namun beberapa hari ini saya baru merasakan bedanya. Ingin teriak rasanya. Saya lelah, sungguh lelah dengan kondisi seperti ini. Bukannya saya ingin yang dulu tetap seperti dulu, namun setidaknya ya berjalan dengan biasa saja, tidak perlu ada perbedaan yang signifikan seperti sekarang. Benar-benar saya tak tahu lagi harus bilang apa. Mungkin ujung-ujungnya akan menjadi begini ya. Saya saja yang tak menyadarinya.

Kalau dipikir-pikir, masa transisi itu baik juga. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dari masa transisi. Saya mesti berjuang lebih keras lagi. Saya menyadari disinilah saya semakin dibentuk oleh-Nya. Ya, ini penting bagi saya. Saya percaya, Dia tidak akan pernah meninggalkan saya sendirian. Selalu ada uluran tangan-Nya saat saya tak tahu harus kemana mengadu. Saya kuat karena kuasa-Nya. Saya mampu oleh karena kekuatan dari-Nya. Semoga masa transisi ini berjalan dengan baik. Hwaiting!^^

2/14/12

Resolusi


Setelah lama tidak menyentuh dunia blog, akhirnya saya kembali. Waaaaahh, kangen sekali untuk bercerita..

Dia tahu sudah tak bisa lagi
Tapi kamu masih mencoba bertahan
Seolah-olah mampu
Kamu masih melawan derasnya hujan itu
Dia berteriak-teriak bilang jangan lagi
Tapi kamu tak mau tahu
Seolah-olah bisa jadikan seperti yang kamu inginkan
Kamu bersikeras, kamu tak mau dengar
Dia kembali ingatkan, sudah, sudah
Dan akhirnya kamu menyadari
Ternyata kamu pun tak sanggup
Ternyata kamu pun begitu rentan
Lalu, kamu pun tahu
Bukan rencanamu yang jadi, tapi rencana-Nya

Di tahun 2012 ini, ada berbagai resolusi besar yang menjadi komitmen saya. Saya ingin membuang kesalahan-kesalahan di masa lalu dan bangkit jadi yang baru lagi di dalam-Nya. Begitu banyak hal yang baru sadari dari dalam diri saya sendiri. Ternyata saya tidak baik-baik saja. Ternyata saya tidak sekuat itu. Ternyata ada banyak hal yang perlu diperbaiki dari dalam diri saya.

Terkadang manusia sering sekali tidak melihat kesalahan pada dirinya sendiri, tapi kalau melihat kesalahan orang lain, wah gampang sekali rasanya ya. Jadi manusia itu lebih enak menganggap sesuatu terjadi karena kesalahan orang lain, daripada karena kesalahan diri kita sendiri. Saya menyadari, ternyata begitulah saya. Ternyata saya sendiri lemah. Saya rentan.

Tapi, saya tak mau cukup sampai begini saja. “Tuhan tidak menghitung berapa kali kamu jatuh, tapi berapa kali kamu bangkit dari kejatuhan itu.” Saya percaya, saya bisa bangkit. Perlahan-lahan, tapi dengan komitmen yang kuat, saya yakin. Seperti layang-layang jatuh, Tuhan datang pada saya dan bilang “Kita dapat memperbaikinya.” Saya menyerahkan diri saya seutuhnya ke dalam tangan-Nya dengan bilang, “Iya, Tuhan. Ajarkan saya cara memperbaikinya bersama-Mu.”

Ternyata saya menemukan kelimpahan itu di dalam-Nya. Saya merasa pemeliharaan-Nya begitu hebatnya pada saya. Kasih Tuhan tak pernah habisnya bagi saya. Tuhan membantu saya memperbaiki diri saya tanpa saya tahu bagaimana Ia bekerja. Lalu saya kembali bersyukur pada-Nya. Tidak ada lagi keraguan dalam hati saya. Saya tidak akan pernah kekurangan apapun di dalam Dia. Saya tidak akan merasa sendirian bersama genggaman tangan-Nya.

Tahun yang baru, resolusi yang baru. Saya siap Tuhan bentuk seperti yang Ia kehendaki, meskipun terkadang sakit rasanya.

Selamat berjuang di tahun yang baru ini. Hwaiting! :)