“Kadang aku capek loh menghadapi kamu yang seperti ini. Kamu susah pahamnya, susah ngertinya. Kamu sering menempatkan diri sama dalam tiap kondisi, gak serius. Aku tahu ya emang itulah kamu. Ya, harusnya aku bisa menerima kamu ya seperti itu. Tapi, ya begini. Kadang aku capek.”
Tak ada
satu katapun yang mampu kamu ucapkan untuk merespon kalimat-kalimat panjangku itu. Marahkah
kamu? Kesalkah kamu mendengar kata-kataku? Atau kagetkah kamu bahwa ternyata
aku seperti ini? Yang terkadang juga bisa terbawa perasaan, terbawa emosi,
kondisi?
Kamu masih
diam, tanpa membisikkan satu huruf pun. Dan aku pun menjadi gelisah. Bukankah lebih
baik kamu marah? Mending kamu teriakin aku. Daripada membuatku tak berdaya
seperti ini. Ya, itu semua lebih baik daripada semua keheningan ini.
Hujan juga
tak hadir memberiku kesejukkan. Bintang? Entahlah. Di malam hari aku hanya
berdiam di kamar memikirkan kamu. Ya, tak tenang rasanya karena kamu.
Kupandangi pesan-pesan
singkat darimu sebelumnya. Sepertinya merekalah yang tersisa. Kelihatannya,
semua itu menjadi terakhir kalinya kita berkomunikasi. Biarlah kusimpan. Entah
jadi kenangan, entah jadi apapun itu.
Kamu masih
diam. Aku pun ikut diam. Dan kapan kita saling bicara lagi?
kalo diam jgn kelamaan lho. mestinya harus komunikasi. biar selesai masalahnya. hihihi sok tau ya aku.
ReplyDeletehahha. bener loh kata mbak fanny :)
Delete