Hening,
sunyi. Ya, saya benar-benar sendirian di rumah kontrakan ini. Adik-adik yang juga
menempati rumah ini sedang dalam masa liburan akhir semester. Tentu saja sayang
jika masa liburan tak dilewatkan bersama keluarga dan teman-teman di kampung
halaman. Nah, saya yang berstatus tak jelas ini (sudah wisuda tapi belum dapat
ijazah) terpaksalah menyepi disini. Ah, membosankan memang.
Sebenarnya
saya sangat iri pada teman-teman yang sudah melamar dan mendapat pekerjaan. Bayangkan
saja, saya sudah wisuda 30 November lalu, namun belum memperoleh ijazah sampai
detik ini. Saya malah masih berurusan di jurusan dan bolak-balik pergi ke rumah
dosen pembimbing dalam rangka revisi jurnal. Benar-benar tak seperti yang saya
harapkan -_-
Banyaknya
waktu luang memaksa saya untuk mencari
aktivitas yang menyenangkan. Kalau tidak, mungkin lama-lama saya bisa stres
juga dengan status tak jelas ini -_- Imbasnya saya jarang berada di rumah ini. Biasanya
jika hari sudah gelap barulah pulang. Namun, dua hari terakhir ini saya lebih
banyak di rumah saja. Hal itu membuat saya jadi lebih banyak berpikir dan merenung.
Ya, pastilah tak jauh-jauh soal pekerjaan.
Para alumni
perguruan tinggi yang baru lulus biasanya aktif melamar pekerjaan. Jenis
pekerjaaan yang dicari umumnya dipengaruhi oleh faktor gaji, tempat kerja, dan
fasilitas-fasilitas lain yang diberikan oleh perusahaan. Jarang sekali para
lulusan baru melirik pekerjaan dengan gaji sedikit, apalagi yang jauh dari
perkotaan. Salah? Tentu tidak. Bekerja memang merupakan salah satu alat
pemenuhan kebutuhan hidup manusia, namun jelas itu bukanlah tujuan utama dari
bekerja.
Saya
teringat kutipan percakapan menarik dalam buku “Keluarga Cemara” yang ditulis
Arswendo Atmowiloto. Begini bunyinya: “Ara, tangan Abah, tangan Emak, juga
tangan Euis harus berkarya, tak mau tertutup dan takut debu. Bukan hanya karena
kita perlu hidup dari kerja dan keringat, tetapi bekerja adalah sesuatu yang
mulia dalam hidup ini.” Hal itu disampaikan oleh sosok ayah yang disebut Abah
dalam cerita tersebut ketika anaknya, Ara, malu mendengar bahwa ayahnya bekerja
memperbaiki WC yang mampet di rumah teman sekolahnya. Sungguh hati saya merasa
terenyuh membaca tanggapan sosok Abah yang sangat sederhana dalam cerita itu.
Ya, saya
setuju dengan jawaban Abah itu. Tujuan utama dari bekerja memang lebih mulia
dari sekadar menumpuk materi dan bersenang-senang semata. Bekerja sebagai manajer
perusahaan besar taklah lebih mulia daripada bekerja menjadi pedagang sayur.
Setiap profesi merupakan pekerjaan yang mulia jika dikerjakan dengan
sebaik-baiknya.
Bekerja sejatinya
adalah respon ketaatan setiap orang terhadap Pencipta untuk mengelola segala
ciptaan-Nya bagi kemuliaan Tuhan. Tak cukup sekadar mengucapkan kata syukur
setiap hari, kita perlu mewujudnyatakan rasa syukur itu dengan bekerja. Tentu
saja sesuai dengan bagian masing-masing. Bayangkan jika semua orang memilih
bekerja sebagai dokter, lalu siapa yang akan mendidik siswa di sekolah? Atau
jika tak ada petani, darimana sumber bahan-bahan makanan kita? Itulah yang
sering disebut dengan panggilan hidup. Untuk mengetahui dimana dan di bagian
mana kita dipanggil-Nya untuk bekerja, patutlah kita menanyakan pada Ia, Sang
Empunya. Tuhan pasti akan menyatakan kehendak-Nya lewat berbagai cara, bisa
lewat orang-orang terdekat, situasi dan kondisi, dll.
Selain itu,
bekerja adalah soal berkarya. Bekerja hanya untuk “mengisi kantong sendiri” dan
menyenangkan diri sendiri juga orang-orang terdekat, tidaklah cukup. Bekerja
patutlah menghasilkan suatu kebaikan bagi sesama, dan lebih luasnya lagi bagi
bangsa. Seperti perkataan Abah dalam kutipan
cerita di atas, tangan kita harus terus berkarya. Jangan sampai kita cuma diam di
tempat kerja, hanya goyang-goyang kaki, dan bertopang dagu. Jiwa dan raga kita
harus bergerak untuk bekerja! Apa saja, dimana saja, mari kerjakan apa yang
kita bisa! Jangan pernah lelah, apalagi berhenti.
Ya, alangkah
baiknya jika setiap orang memilih pekerjaan dengan pemahaman bahwa bekerja tak
hanya soal materi dan kesenangan pribadi. Marilah kita mengingat kembali bahwa
bekerja merupakan sesuatu yang mulia, bukan hanya untuk kepentingan pribadi.
Bekerja adalah menaati panggilan-Nya dan berkarya bagi sesama dengan sepenuhnya
dan memberikan yang terbaik.
Saya
pribadi sedang serius memikirkan pekerjaan apa yang nantinya menjadi bagian
saya. Tak mudah memang menemukannya. Doa dan segala upaya harus dikerahkan
untuk memperoleh pekerjaan yang tepat. Semoga saja dalam waktu dekat ini saya sudah
bekerja. Amin :D Nah, bagi para pencari kerja, ayo semangat mencarinya. Bagi
orang-orang yag sudah bekerja, mari bekerja tidak setengah-setengah, namun
dengan sebaik mungkin. Selamat bekerja :)
ajie ajie ajie....
ReplyDeleteSemoga saja dalam waktu dekat ini saya sudah bekerja. Amin :D
ReplyDelete