Atas segala kelelahan yang tak lagi sanggupku dekap
Atas rasa letih yang tak lagi terungkapkan
Atas samar-samar bayangan rumah yang memanggil
Aku lemah…
Tak lagi berdaya, bahkan untuk sekedar mengeluh
Jika ada tempat aku untuk mengadu,
Itu kamu..
Benar…
Nama kamu satu-satunya yang tertera di benak di saat begini…
Malam itu
sepertinya puncak dari segala keletihan saya. Benar-benar tak sanggup lagi
terkatakan. Hanya mampu terbaring di tempat tidur, tak sanggup untuk sekedar
bangun sejenak. Saya lemah. Saya teringat rumah. Siapa bilang saya kuat? Jauh,
jauh di dalam, saya lemah.
Mama, papa, dan adik. Bayangan sosok mereka bahkan membuat saya merasa semakin lemah. Lemah karena
begitu merindukan mereka di saat begini. Lemah karena saya tahu bahwa jika ada
mereka di samping saya, saya akan merasa lega. Lemah karena membayangkan
dekapan hangat mereka. Ya, saya benar-benar lemah di saat itu.
Kamu. Entah
bagaimana nama kamu tiba-tiba terlintas di benak saya pada malam itu. Sebenarnya
banyak kekhawatiran dalam hati saya jika mengadu pada kamu. Selain saat itu
sudah tengah malam—mungkin kamu sudah tidur—, saya juga takut kamu merasa saya
cengeng. Kemandirian kamu membuat saya gelisah. Kalau-kalau kamu merasa enggan
dengan kelemahan saya ini. Pikir demi pikir, akhirnya saya menyadari bahwa
memang hanya kamu tempat saya ingin mengadu saat itu. Saya memutuskan untuk mengadu
pada kamu.
Awalnya saya
mengirimkan untaian kata yang menunjukkan kondisi saya disaat itu. Entahlah apa
namanya puisi atau apalah itu. Benar-benar tak disangka kamu masih terjaga
tengah malam begitu. Tidak seperti biasanya. Takut-takut saya membuka pesan
singkat dari kamu. Lega saat melihat emotion smile dari kamu. Kamu tersenyum,
kemudian bilang “don’t worry” perihal pesan singkat saya yang isinya bolehkah
saya mengadu ke kamu.
Percayakah kamu?
Hanya dengan kata-kata sederhana kamu itu rasa letih saya tiba-tiba lenyap,
berganti dengan senyuman. Bukan kata-kata penghiburan yang panjang dan puitis,
hanya sekedar kata-kata “don’t worry”. Saya serasa segar, bangun lagi dari
kelemahan.
Saya takut
membalas pesan singkat kamu. Saya pikir sudah cukup pesan singkat darimu
membuat saya tenang malam itu. Namun, kemudian pesan singkat dari kamu masuk
lagi. Pesan itu seakan menyatakan bahwa kamu tak hanya ingin sekedar bilang “don’t
worry”. Lalu, saya dan kamu bercerita sampai pukul 1 a.m. Saat itu saya baru
sadar bahwa hari sudah berganti. Kamu menemani saya hingga pergantian hari.
Untunglah saya sadar bahwa kamu juga perlu istirahat untuk aktivitas pagi itu.
Obrolan saya
dan kamu begitu berarti bagi saya. Sekali lagi, sama sekali tidak ada kata-kata
motivasi atau hiburan dari kamu. Kamu, dengan cara yang aneh tapi menyenangkan
membuat saya merasa tidak sendiri di saat itu. Saya senang malam itu. Malam yang
berat dan rasa-rasanya tak sanggup untuk dilewati itu seakan jadi malam yang
menenangkan bersama kamu. Bahkan, beberapa kali saya senyum-senyum sendiri
karena pesan singkat kamu. Aneh, bukan?
Kata “terima
kasih” yang saya sampaikan pada kamu di akhir percakapan itu sungguh lahir dari
hati yang paling dalam. Sungguh, tanpa ada kamu yang menemani mungkin malam itu
saya akan menjadi semakin lemah seiring semakin berlalunya detik waktu. Dan pesan
singkat penutup dari kamu yang hanya berisi emotion smile itu membuat saya
semakin bahagia. Sederhananya kamu, membuat saya semakin jatuh, terbuai oleh
rasa bahagia karena kamu.
Malam itu
adalah malam yang tak akan terlupakan bagi saya. Malam dimana saya merasa kamu
benar-benar hadir dalam hidup saya. Entah sebagai siapa, saya tak perduli. Kehadiran
kamu sudah begitu cukup untuk saya.
Malam yang
istimewa itu semakin menyadarkan saya akan arti kamu dalam hidup saya. Ajaib. Berbeda.
Kamu yang seperti itulah yang kemudian menghadirkan rasa bahagia dalam hidup
saya. Sekali lagi, terima kasih untuk kehadiran kamu :)
Duh dalem ya maknanya. Kalo cape, istirahat yang cukup djulu. Siapa tahu pikiran jd bersih abis itu.
ReplyDelete